Selamat Datang di Blog Saya. Salah Satu Blog Jitu yang Akan Menyajikan Karya Tulis,Fothography,dan Cinematoghraphy Semoga Dapat Membantu Anda,Terimakasih.

Jangan Puas Dalam Berkarya, Disinlah Dunia kita Bukan Milik Mereka

Perempatan Jalan Samata/Gowa Butuh Perhatian Pemerintah.


Makassar, SR MEDIA--Kondisi badan jalan yang berlubang di Kelurahan Samata Kabupaten Gowa menyebabkan seringnya terjadi kemacetan lalulintas. Salah satu ruas Jalan yang merupakan akses menuju kampus II Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar itu menyebabkan sebagian masyarakat yang melintasi jalan tersebut sering tergangu dan banyak dikeluhkan warga.

Salah seorang pengendara motor yang kami temui, Akbar,Sabtu (29/14) mengutarakan, " kondisi jalan seperti ini membuat kita sedikit terganggu kalau mau mengejar waktu, harusnya Pemerintah memperhatikan ini, walaupun kondisi seperti ini tidak seberapa tapi ini sangat mengganggu karena merupakan akses jalan pertemuan antar kota dan kabupaten. Belum lagi dari kerusakan ini diperparah dengan Lampu Jalan yang juga tidak berfungsi," keluh Akbar.

" Saya harap pemerintah harus mampu melihat hal ini, menginggat ini merupakan kebutuhan umum bagi masyarakat yang melakukan aktifitasnya demi kelancaran aktifitas masyarakat itu sendiri, dan tentunya ini merupakan suatu tolak ukur keberhasilan pembangunan untuk suatu daerah, kalau tidak, masyarakatlah yang akan kena imbasnya " tegasnya. (Shaleh Muhammad)

Keluarga

Dibalik Kemerdekaan ada Kesengsaraan


Oleh : Shaleh Muhammad

 SR media - azan subuh berkumandang tanda telah tiba saatnya untuk melaksanakan kewajibannya, dari kejauhan nampak sosok ibu yang mulia sedang berjalan menuju sungai kecil di samping rumahnya, untuk mengambil air wudhu. Setelah itu dia melanjutkan dengan pulang kerumah lalu sholat subuh bersama  keluarganya.Fajar pun menyingsing di ufuk timur, pertanda bahwa semua pekerjaan sudah menantinya. Pertama sang ibu yang berbudi luhur ini harus mempersiapkan sarapan untuk suami yang ingin berangkat ke kebun, dan untuk anak bungsunya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Dia juga tidak henti-hentinya berdoa untuk kedua anaknya yang berada jauh di rantau orang untuk menuntut ilmu.Berada jauh dari keramaian kota sudah menjadi teman akrabnya, disaat ia harus melaksanakan kewajibannya untuk membagikan ilmu di salah satu sekolah dasar di desanya. Banyak hal yang tidak harus dirasakan oleh seorang wanita parubaya ini tapi lagi-lagi harus dia lewati demi tugas mulianya. Beratnya medan jalanan menuju tempat dia mengajar adalah salah satu kendala utama yang hari –hari ia lalui. Keadaan inilah yang menyebabkan sarana transportasi tidak lancar sehingga harus berjalan kaki, mendaki dan menuruni gunung sejauh tiga kilo meter agar bisa sampai di sekolah dimana dia mengajar. Apalagi kalau hujan sudah turun akses jalan kaki pun tertutup.Perjuangan ibu ini masih panjang, mulai dari fasilitas sekolah yang seadanya dan tenaga pengajar juga sangat sedikit di sekolah tempat dia bertugas. Setiap dia sampai di sekolah dia harus bersabar menghadapi semua keadaan di sekolahnya.
Kendala pertama dia harus menuggu murid-muridnya tiba di sekolah. Keadaan seperti ini tidak bisa membuat dia memaksakan murid-muridnya agar datang cepat,karena melihat kondisi dimana ada diantara muridnya tinggal jauh dari sekolah diakibatkan orangtua mereka yang sering berpindah–pindah tempat untuk berkebun.Setelah selesai melakukan tanggung jawabnya di sekolah dia pun langsung bergegas untuk pulang bersama anak bungsunya karena takut hujan akan segera turun. Sesampai di rumah dia langsung Sholat Dzuhur setelah itu mempersiapakan makanan untuk keluarga terutama suami yang akan segera pulang dari kebun. Walaupun sesekali, jika suaminya cepat pulang di mengurus sendiri makanan untuk makan siang. Setelah itu dia beristirahat sejenak sebelum pekerjaan selajutnya memanggil.Semua aktifitas ibu ini sangatlah melelahkan, apalagi dia berada jauh dari pusat kota kecamatan dan kabupaten. Ibu yang tak kenal lelah ini berasal dari keluarga yang pas-pasan,  dia mempunyai 2 orang kakak dan 5 orang adik. Berangkat dari Latar belakang orang tua yang berprofesi sebagai petani. Tentunya untuk melanjutkan hidup, butuh semangat dan perjuangan yang keras demi kelangsungan hidup. Anak  ke tiga dari pasangan Alm. Muhammad Syafei Syukur dan Siti Marwiah ini lahir di sebuah desa kecil yaitu Saludurian tepatnya di Kecamatan Mambi Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi barat pada 17 Agustus 1973. Bersabar adalah senjata terampuh untuk Ernawati dalam menjalankan tugasnya. Entah kapan dia merasakan kemerdekaan Negaranya yang katanya Sudah merdeka lebih dari setengah abad silam. 

Satu Celana untuk Satu Minggu


Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,tentunya menjadi keinginan bagi semua orang tua untuk putra-putri mereka. Demi masadepan yang lebih baik.Baik dari keluarga yang mampu atau yang kurang mampu. Sedikit saya ingin menceritakan perjuangan dan pengalaman saya hingga bisa terdaftar di Uiniversitas Islam Negeri (UIN) Alauddin ini.
Berasal dari keluarga yang kurang mampu membuat rasa tanggung jawab saya terhadap masa depan dan keluarga sangat besar. Mendengar sahabat-sahabat saya  yang riuh membincangkan dimana mereka akan kuliah, kala itu masih kelas III SMA . Menimbulkan Sejuta pertanyaan dalam benak saya, orang tua saya orang miskin apa bisa saya juga lanjut kuliah?.
Seiring waktu berlalu akhirnya orang tua saya sepakat untuk mengirim anaknya yang pusingakan masa depan ini, ke kota dimana disana ada rumah kerabat bisa menjadi tupangan tidur. Saya didaftarkan oleh om yang rumahnya tempat menumpang saya , di Universitas Al-Asyariah Mandar (Unasman)  tepatnya di Kabupaten Polewali Mandar(Polman) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).Saya memilih jurusan yang benar membuat saya pusing, yaitu Matematika.
Setelah waktu berjalan, saya sudah menjadi mahasiswa di Unasman . Tapi setiap saya berhubungan dengan teman saya ada yang mengganjal  di hati saya. Yang membuat saya resah adalah semua teman saya dari SMA dulu tidak ada yang Kuliah di Sulbar,semuanya diluar daerah. Ada yang di Makassar ada yang di Jawa, tentunya saya termotivasi untuk kuliah di luar daerah juga .Dalam hati saya” ya kalau tidak sanggup di Jawa di Makassar saja”.
Setelah selesai Ujian akhir semester II di Unasman  saya memutuskan untuk pergi ke Makassar mendaftar ulang sebagai  Mahasiswa baru(Maba)  di UIN Alauddin Makassar. Setelah dua kali saya mendaftar akhirnya saya lulus pada jurusan Jurnalistik. Jurusan yang saya tidak pernah kenal sama sekali dan akhirnya membuat saya  jatuh cinta.
Seperti biasa, waktu sudah cepat berlalu dan membuat saya sebagai Maba resmi di UIN Alauddin Makassar.Saya menjalani kehidupan sebagai mahasiswa UIN Alauddin sangat sederhana dibandingkan dengan teman-teman yang lain.Melihat kondisi keluarga saya yang kurang mampu membuat semangat dalam diri untuk belajar dengan baik.
Saya tinggal di salah satu Pondok di sekitar Kampus II UIN Alauddin, setiap pagi saya harus berjalan kaki kurang lebih 1 km dan sudah pasti juga terik Matahari menjadi sahabat setiap pulang dari Kampus. Beginilah hidup dirantau orang semua serba kekurangan atau terkadang sama sekali tidak ada.
Saya sangat bersyukur sama yang Kuasa karena saya bisa lanjut kuliah walau kondisi materi keluarga tidak mendukung.Setiap pulang dari Kampus saya takut dengan hujan, saya takut celana yang satu-satunya basah dan itu bisa membuat saya tidak kuliah esok harinya.Sering orang tua menelfon dan mananyakan keadaan tapi saya harus berbohong, karena saya tau walupun saya bilang saya kekurangan ini atau itu pasti orang tua saya menderita lagi mencari uang.”lebih baik saya yang memakai satu celana dalam satu minggu daripada orang tua susah payah cari rezki”.gumanku setiap mencuci celana kesayangan sekaligus satusatunya itu.
Saya berangkat dari kampung hanya membawa tiga lembar celana panjang, dan keduanya itu sedah robek , mungkin karena sudah tua.kadang juga saya berpura-pura sakit lutut kepada Dosen karena saya mengikat lutut sayadengan sapu tangan yang dimana celana saya robek.
Inilah Sedikit kisahku Dalam Menuntut Ilmu di Rantau orang. (Shaleh Muhammad)

Jiwa Yang Hilang


Aku dan dia terdiam
Menjahit jiwa yang robek
Aku dan dia tenggelam
Tenggelam dalam kolam air hina

     Dimana………?
Dimana jiwa kami yang dulu?
Aku sudah sesak tanpa hati
Aku sudah sesak tanpa jiwa, kembalilah….!

Aku melihat diriku dalam bulan
Tapi aku takut bulan akan redup
Redup karena noda dan jiwa yang hina
Dan jiwa yang tidak pantas di surga
Tapi takut pada neraka

Oleh: shaleh Muhammad


Samata, 03 Desember 2012

Sedikit Goresan Bodoh Bermakna

Sedikit mengetahui dari banyak hal akan mempermudah anda, ketimbang banyak tahu pada satu hal saja.(Sr.media)

Motivasiku dari Batu dan Gantungan Kunci

Oleh |Shaleh Muhammad

Menerima hadiah dengan bangga namun membuat kecewa tapi sangat berharga adalah pengalaman pertama dan tergila selama hidupkku, banyangkan saja dengan bangganya membuka bingkisan hadiahku  tapi yang ada cuman batu dan dua buah gantungan kunci  ” huuuuu apa ini begini hadiah atau penghinaan”  spontan kata-kata itu keluar dari mulutku lengkap dengan logat racikanku sendiri ,benar-benar gila, tapi ini semua pasti ada hikmahnya gumanku dalam hati seraya melangkah dan melemparkan batu yang aku sebut hadiah tersadis di dunia.
Kisah gila ini bermuala saat saya dan sahabat-sahabat mengadakan pertemuan di ruangan Redaksi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Informatika Mahasiswa (LIMA) Washilah,  tepatnya di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Lantai III.  Awalnya saya menerima sms dari kak Asrul  (Ketua Devisi Litbang LIMA Washilah) untuk hadir di ruang Redaksi hari Senin (02/12/2013 ) Pukul 15.00 Wita untuk pembrian hadiah dan rapat penting. Dalam hati saya sudah timbul pertanyaan “besok hadiah apa yah?”.Keesokan harinya saya dengan semangat pagi menuju Kampus tercinta yang jaraknya sekitar 500 meter dari kosan saya. Tiba di kampus saya menyapa beberapa teman yang duduk santai di gazebo depan Fakultas Dakwah dan komunikasi. Setelah gosip-gosip sedikit  akhirnya hujan turun lagi dan sayapun berlari ke PKM yang jaraknya sekitar 50 meter gazebo.Sampai di PKM saya melihat jam tangan pemberian pacar saya, waduh ini baru pukul  13.00 bisa berkarat kalau saya menuggu 2 jam, ” tapi yah tidak salah juga lansung ke Redaksi untuk istrahat sambil curi ilmunya senior”  ucapku sambil berlari menuju lalntai III PKM. Siang itu sebelum waktu rapat saya bercerita dengan kak Lukman sambil baca Koran yang menurutku tidak berbobot. Tak terasa waktu sudah berputar selama 2 jam bertanda bahwa kami akan rapat dan pemberian hadiah. Tapi kak Asrul belum menampakkan sosoknya yang sedikit kurang gemuk, kami menuggu sampai kak Asrul muncul dari balik pintu Redaksi. Setelah Kak Asrul tiba kami memulai rapat dengan agenda Kunjungan Media yang akan di laksanakan dalam waktu dekat ini, setelah rapat tiba saatnya yang saya tunggu-tunggu yaitu pemberian hadiah, betapa senangnya ketika saya di berikan hadiah,melihat hadiah saya bingkisannya lebih besar dari yang lain  membuat berfikir  kira-kira isi dari bingkisan itu apa ? tapi pasti besar . Setelah itu kak Asrul bilang jangan buka sebelum sampai di kost, tapi saya sudah tidak sabar lagi, secara sembunyi-sembunyi saya dan teman membuka  bingkisan itu tapi apa yang terjadi seketika wajahku dan perasaanku hancur melihat hanya sebuah batu merah dan dua buah gantungan kunci di dalam bingkisan itu. Akhirnya aku pulang dengan rasa hati yang amburadul.

Kejadian ini sangat gila tapi dengan itu saya bisa merasakan nilai dari sebuah pemberian, walaupun kecewa tapi mengandung sejuta pelajaran. Saya merasa terdorong untuk lebih kokoh bagaikan batu merah walaupun kecil tapi dengan kekuatannya dan komitmennya sehingga mampu berdiri hingga ratusan meter di angkasa menjadi bangunan tempat manusia berakatifitas, dan aku akan menggantung cita-citaku setinggi langit bersama gantungan kunci kesuksesan. Dan akhirnya bagi saya semua yang ada adalah hikmah dan dari pengalaman kita bisa tau sedikit dari banyak hal.
Diberdayakan oleh Blogger.